SINARASAH, KINATAH dan
ETSA.
Tidak
semua lukisan atau gambar yang ada dibilah keris dikategorikan sebagai pamor,
yang
digolongkan
sebagai pamor adalah gambar atau lukisan yang terjadi karena percampuran antara
dua
atau
lebih bahan logam pembuat keris. Selain pamor juga sering kita temui yang
disebut Kinatah,
Serasah
atau Sinarasah dan Etsa atau Kamalan.
KINATAH.
Gambaran
atau lukisan pada logam yang disebabkan oleh kinatah
atau
ditatah/diukir logamnya dan menghasilkan gambar atau lukisan
yang
menonjol, bisa berupa tulisan, rajah, lukisan, motif bunga,
daun,
binatang dan lainnya. Diatas tonjolan itu biasanya dilapisi
perak
atau emas atau logam lain.
Kinatah
pada keris biasanya berupa ukiran Gajah Singa dibagian
ganja
keris yang menghadap ke ukiran/deder. Kinatah lain bisa juga
untuk
menghias seperti keris dapur Naga Sastra, Naga Keras, Singo
Barong
serta hiasan berupa lung-lungan, pari sawuli, kembang
setaman
dll.
Kinatah
yang menggunakan dua logam (missal emas dan perak)
biasa
disebut “Silih Asih”, umpamanya Kembang Setaman pada
bagian
daun dilapis emas dan bunganya dilapis perak. Kinatah yang
menghiasi
hampir seluruh permukaan bilah keris disebut
“Kamarogan”.
SINARASAH.
Hiasan
Sinarasah atau Serasah ialah dengan membuat parit parit dipermukaan bilah
berupa tulisan
atau
yang lain kemudian dituangkan cairan logam seperti emas atau perak baru
dihaluskan. Teknik ini
biasa
disebut “Inlay”. Senjata yang terkenal dalam pembuatan inlay ini berupa pedang
dari Iran
(Persia).
ETSA atau KAMALAN.
Cara
menghias dengan cara kimiawi, Cara tradisional dengan menggunakan bahan pelican
sedang
cara
modernmenggunakan kimia. Banyak penipuan yang dilakukan dengan menggunakan cara
ini.
Pada
dasarnya teknik ini dengan meluluhkan sebagian permukaan bilah secara
kimiauntuk membuat
lukisan
atau tulisan tertentu dipermukaan bilah, yang paling sering diberi lukisan
gambar wayang atau
beberapa
tulisan arab.
Cara
etsa ini bagi yang tahu sangat mudah mengerjakannya sehingga bila tertipu maka
ibaratnya
pisau
dapur pun bisa dibuat hiasan dan terlihat “bertuah”.
Dari
ketiga cara diatas, yang paling baik adalah Cara Kinatah.
PAMOR
PADA BAGIAN GANJA
Pamor
kadang menghias bagian ganja juga, biasanya mempunyai warna sendiri yang
berbeda dengan
nama
pamor bilah walau variasinya lebih sedikit. Ada yang mengatakan pamor di ganja
ini juga
mempunyai
tuah.
PAMOR WINIH.
Mirip
pamor Udan Mas tetapi setiap sisinya hanya
ada
satu atau dua bulatan, kadang hanya satu
sisi
dan satu bulatan saja. Kata Winih berasal
dari
“benih”. Seperti namanya , pamor ini
dipercaya
mempunyai daya untuk
“menumbuhkan”
suatu harapan. Juga dianggap
baik
bagi mereka untuk berdagang atau
wiraswasta
karena baik untuk pengembangan
modal.
PAMOR SUMBER.
Seperti
Pamor Winih, hanya bulatannya paling sedikit ada tiga (gambar diatas), tuahnya
sama dengan
pamor
Udan Mas.
PAMOR MAS KEMAMBANG.
Mirip
kue lapis, ada yang hanya dua lapis tetapi
ada
yang berlapis-lapis. Baik untuk yang banyak
berhubungan
dengan orang karena memperlancar
pergaulan.
PAMOR TUNDUNG MUNGSUH.
Ganja
dengan pamor seperti ini jarang sekali
terdapat
dan biasanya hanya pada keris “TOP”
saja,
dilihat dari susunan besi dan bahan
pamornya
maka pamor ini mirip dengan pamor
Ujung
Gunung pada bilah keris dengan posisi
yang
melintang. Tuahnya menolak mara bahaya
dan
membuat lawan takut.
WULUNG.
Ganja
Wulung yaitu ganja tanpa pamor, hitam
kelam
saja. Khasiatnya untuk memperkuat dan
memperbesar
daya tuah keris. Ganja wulung
dianggap
juga sebagai kamuflase terhadap jenis
pamor
pada wilahnya.
PERLAMBANG
DAN TUAH
Kebudayaan
perlambang dimiliki oleh bangsa manapun, misalnya bendera kita merah putih yang
melambangkan
berani dan suci, demikian juga bentuk pamor pada tosan aji mempunyai perlambang
tertentu.
Bentuk
yang cenderung bulatan atau lingkaran
melambangkan
sesuatu yang sifatnya keduniaan,
lambing
harapan atas rejaki dari Allah YME,
ketentraman
keluarga dan sebagainya.
Bentuk
yang mengarah kepersegi empat, siku atau
sudut
melambangkan harapan agar pemiliknya bisa
bertahan
terhadap segala sesuatu yang sifatnya tidak
baik
seperti godaan atau serangan baik phisik atau
non-phisik.
Bentuk
seperti garis-garis baik yang membujur atau melintang bilah melambangkan fungsi
menolak
sesuatu
yang tidak diinginkan, umpamanya menolak maksud jahat, angin ribut, hujan
binatang buas
dan
sebagainya.
Selain
itu ada juga kombinasi ketiganya karena kebanyakan pamor justru mirip lukisan
abstrak dan
penuh
perlambang.
Untuk
mengetahui cocok tidaknya suatu tosan aji dengan melihat perlambang pada pamor,
diperlukan
perasaan
yan tajam, seperti orang yang menilai suatu lukisan diperlukan juga orang yang
tahu seni
lukis
dan peka rasa seninya.
PENILAIAN PAMOR.
Dalam
menilai pamor ada beberapa macam dan kadang istilahnya khas Jawa seprti :
Wujud Semuning Pamor
1.
Pamor Mrambut : kesan rabaannya terasa seperti meraba rambut, munculnya
pamor
dipermukaan
bilah bagai serat-serat lembut dan halus dan biasanya terjadi di pamor Adeg
terutama
yang jenis pamor miring.
2.
Pamor Nggajih : kesannya seperti berlemak, bagai lapisan lemak beku
menempel dibilah.
3.
Pamor Mbugisan : kesan penglihatan gradasi warna pamor tidak kontras.
Batas antara tepi
pamor
dan bilah tidak terlalu nyata.
4.
Pamor Sanak/Nyanak : kesan penglihatan dan rabaan tidak terlalu jelas,
jadi gambar
pamor
tidak terlalu jelas dan kalau diraba juga tidak jelas.
5.
Pamor Kelem : pamor cukup jelas tetapi perbedaan warna dan kecemerlangan
pamor
dengan
warna besi tak terlalu nyata, rabaannya kurang nyekrak tapi juga bukan lumer.
6.
Pamor Ngintip : kesan rabaannya kasar tetapi tidak tajam. Jika
dibandingkan dengan
lukisan
seperti lukisan dengan menggunakan palet bukan cat.
Tanceping Pamor.
Artinya
kurang lebih kondisi tertancapnya bahan pamor pada besi bilah, ada tiga jenis
yaitu : Pandes,
Lumer
Pandes dan Kumambang.
Pamor Pandes,
tertanam kuat pada bilah seolah mengakar dan tegas menyembul kebilah.
Pamor Lumer Pandes, tertancap kuat pada bilah tetapi tidak terlalu tegas
menyembul di bilah, bila
diraba
terasa halus, tidak nyekrak.
Pamor Kumambang,
kesannya mengambang pada bilah dan tidak terlalu kuat menempel pada
bilah.
Ketiganya
sebetulnya hanya merupakan kesan pengelihatan dan rabaan setelah keris jadi dan
tidak
tersangkut
dengan cara serta sistem pembuatannya.
PENAMAAN
PAMOR.
Pada
umumnya penamaan pamor seperti gambar pamor tersebut, misalnya Pamor Pari
Sawuli (Padi
Seuntai)
mirip dengan padi yang seuntai, begitu juga Bawang Sebungkul, Ron Pakis dan
sebagainya.
Tetapi
ada juga penamaannya bukan dengan membandingkan kemiripan dengan benda tertentu
seperti
pamor Raja Abala Raja atau Pandita Bala Pandita, apalagi yang termasuk pamor
titipan seperti
Makrip,
Tamsul, Dikiling yang bentuknya menyerupai lambing namun seolah mempunyai
maksud
tertentu.
Ada
dua pendapat mengenai penamaan pamor.
Pertama,
bila si Empu ingin membuat Ron Genduru tetapi gagal dan jadinya Ganggeng Kanyut
maka
namanya
harus tetap Ron Genduru tetapi Ron Genduru yang gagal dan bukan Ganggeng
Kanyut.
Kedua,
dilihat dari bentuk jadinya, sehingga pamor tersebut dinamakan Ganggeng Kanyut.
Mana
dari kedua pendapat tadi yang benar terserah pada penilaian kita masing-masing.
PENAMAAN SECARA UMUM.
Banyak
tosan aji mempunyai gabungan atau kombinasi dari beberapa pamor, ada pamor
dibagian
pangkalnya
lain dengan bagian ujungnya dan ada yang sisi bilah satu lain dengan sisi bilah
lainnya.
Ada
lagi dalam satu pamor terselip pamor lainnya, lalu bagaiman cara penamaannya ?.
Jika
pamor itu merupakan kombinasi satu sama lainnya terpisah menjadi dua atau tiga
kesatuan
pamor
maka umumnya dinamakan sederhana pamor Dwi Warna atau Tri Warna.
Kalau
pamor yang satu menyelip kedalam pamor yang lain maka pamor yang satu dianggap
pamor
titipan
dan nama pamor tetap menggunakan nama pamor yang lebih dominan.
PAMOR YANG MENYATU ANTARA BILAH DAN
GANJA.
Ada
lagi bentuk pamor yang merupakan kesatuan antara bilah dan ganjanya, jadi
pamornya sebagian
ada
pada bilah dan sebagian lainnya pada ganja.
PAMOR ASIHAN.
Bentuknya
sama dengan Ngulit Semangka hanya pamornya
menyambung
antara bilah dan ganjanya, karena tuahnya memperlancar
pergaulan
termasuk antar jenis, maka pamor ini disebut Asihan. Secara
lengkap
disebut Pamor Ngulit Semangka Asihan. Ada juga Wos Wutah
Asihan
tetapi jarang sekali. Kedua pamor Ngulit Semangka dan Wos
Wutah
ini tidak pemilih tetapi pada pamor Asihan keris itu menjadi
pemilih
dan tidak setiap orang cocok.
PANCURAN MAS.
Pamor
ini juga ornamennya dari bilah menyebrang ke Ganja.
Pada
bilahnya pamor ini sama betul dengan sada Saeler tetapi
pada
bagian ganja berbentuk cabang seperti lidah ular.
Tuahnya
dianggap sama dengan Udan Mas dan tergolong tidak
pemilih,
cocok untuk semua orang.
ADEG IRAS.
Pamor
Adeg yang menyebrang langsung ke Ganja, tetap bukan
ditambahi
Asihan melainkan dengan tambahan Iras menjadi
Adeg
Iras dan tuahnya sama dengan pamor Adeg lainnya.
PAMOR
PAMOR YANG HAMPIR SAMA.
Ada
beberapa jenis pamor yang bentuknya hampir sama dan sering dikacaukan orang
penamaannya.
Yang
paling sering dikacaukan adalah pamor Wos Wutah, Pulo Tirto dan Pendaringan
Kebak.
Pamor
Pulo Tirto memang mirip sekali dengan Wos Wutah, bedanya pada Pulo Tirto motif
gumpalannya
terpisah satu sama lainnya dalam jarak cukup jauh sekitar 2 samai 3 cm.
Sedangkan
pamor
Wos Wutah, gumpalannya cukup rapat, seandainya terpisahpun jaraknya cukup dekat
sekitar 1
cm
saja.
Pamor
Pendaringan Kebak juga mirip Wos Wutah, tetapi Pendaringan Kebak lebih penuh
dan rapat
serta
nyaris memenuhi seluruh permukaan bilah. Dari bawah sampai ujung bilah dan dari
tepi satu
ketepi
yang lainnya.
Kemudian
pamor Adeg, Mrambut dan Ilining Warih.
Adeg
berupa garis-garis yang tidak terputus dari bagian
sor-soran
sampai ujung. Sedang Mrambut serupa benar
dengan
Adeg, tetapi garisnya terputus-putus. Pamor
Ilining
Warih sama dengan pamor Adeg hanya saja
garisnya
bercabang dibeberapa tempat. Jadi bedanya
kalau
garis itu tidak terputus disebut pamor Adeg, kalau
terputus
disebut Mrambut dan kalau bercabang
namanya
Ilining Warih.
Dengan
demikian bila ada yang mengatakan pamor
Adeg
Mrambut sebetulnya tidak tepat, karena pamor
Adeg
ada sendiri dan Mrambut ada sendiri.
Jenis
lain yang hampir sama adalah Ujung Gunung,
Junjung
Drajat, Raja Abala Raja dan Pandito Bolo
Pandito.
Secara umum keempat pamor itu berupa
garis
yang menyudut. Bedanya kalau Ujung Gunung,
kaki
garis sudut itu menerjang bilah. Pada pamor
Raja
Abala Raja, mirip Ujung Gunung, tetapi garis
yang
membentuk sudut menyebar diberbagai
tempat,
dibagian sor-soran, bilah dan ujungnya.
Kalau
pamor Junjung Drajat, serupa dengan Rojo
Abolo
Rojo, hanya keseluruhan gambar itu berhenti
dibagian
tengah bilah dan diatasnya ada pamor lain.
Keempat
pamor ini sering sekali dikacaukan orang.
Selain
itu, pamor Udan Mas, Segara Wedhi, Sisik Sewu dan Tetesing Warih juga banyak
dikacaukan
orang,
karena pamor Udan Mas lebih popular maka sering pamor Segara Wedi, Sisik Sewu
atau
Tetesing
Warih dinamakan juga Udan Mas.
Agar
lebih jelas, perincian Pamor Udan Mas seharusnya :
Jumlah
lingkaran pusarannya minimal tiga lingkaran, tetapi
umumnya
ada lima lingkaran, bahkan yang baik (bila dilihat
kaca
pembesar) ada 8 lingkaran dengan diameter sekitar 5
milimeter,
penempatan pamornya bisa teratur seperti kartu
domino
dan bisa juga tersebar tak beraturan disela sela pamor
Wos
Wutah.
Pamor
Udan Mas Segara Wedi
Raja
Abala Raja
Pandito
bolo Pandito
Pamor
Segara Wedhi penampang lingkarannya lebih kecil lagi, sekitar tiga millimeter
saja letaknya
cenderung
mengumpul ditepi bilah dan ditengah bilah umumnya ada pamor Wos Wutah, Pulo
Tirto
atau
Ngulit Semangka atau pamor lainnya.
Kalau
Sisik Sewu sedikit lebih kecil dari Segara
Wedhi,
banyak jumlahnya dan rapat satu sama
lainnya
diseluruh permukaan bilah. Begitu
rapatnya
sehingga sering tumpang tindih satu
sama
lainnya.
Pamor
Tetesing Warih, mirip Udan Mas, tetapi
jumlah
lingkarannya atau pusarnya hanya tiga
atau
kurang dan kadang bercampur disela
pamor
Wos Wutah atau Pendaringan Kebak.
SALAH KAPRAH DALAM
PENAMAAN PAMOR.
Kesalahan
dalam penamaan pamor sering dijumpai diantara pecinta keris, celakanya
kesalahan ini
sering
keterusan dan dianggap sesuatu yang betul sehingga nama asli dari pamor
tersebut malah
kurang
dikenal.
Yang
paling sering dikelirukan adalah
pamor
Adeg, dikenal sebagai pamor
Singkir,
padahal Singkir seharusnya nama
empu,
hanya kebetulan saja empu ini
banyak
membuat pamor Adeg.
Salah
kaprah seperti ini banyak terjadi di
Jawa
Tengah.
Kesalahan
yang mirip dengan itu adalah
penamaan
pamor dengan sebutan “bulu
ayam”.
Pamor seperti Ron Genduru, Ron
Pakis,
Mayang Mekar, Sekar Tebu, Pari
Sawuli
dan yang mirip itu, semuanya
dianggap
sama dan disebut pamor “bulu
ayam”.
Salah kaprah seperti ini banyak
terjadi
di Jawa Timur.
Salah
kaprah lainnya pamor Sedayu, ini salah, karena Sedayu adalah daerah yang banyak
membuat
keris
pada jaman Majapahit dengan empunya yang terkenal Empu Pangeran Sendang Sedayu.
Buatannya
hanya berpamor sedikit saja dan terkadang tanpa pamor, akibatnya semua yang
tanpa
pamor
atau sedkit sekali pamornya disebut pamor Sedayu.
Keris
yang tanpa pamor ini, yang besinya hitam mulus, disebut “tanpa pamor” saja atau
“Kelengan”.
BUNGKALAN.
Ini
bukan nama pamor tetapi bentuk pamor pada
ujung
bilah keris atau tombak, pamor apapun
apabila
pada dekat ujung bilah bercabang dua dan
kedua
cabang itu menerjang tepi bilah dinamakan
pamor
Bungkalan. Sepintas seperti lidah ular.
Ron
Pakis Ron Genduru Mayang Mekar
NAMA DAN ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN
PAMOR DAN BENTUK KERIS.
PAMENGKANG JAGAD.
Ada
celah memanjang ditengah bilah yang disebabkan retak, paling banyak terjadi
dikeris dengan
pamor
miring. Ini terjadi saat membuat saton sewaktu penempaan suhunya kurang tinggi
sehingga
ada
bagian tertentu yang penempelan besi dan bahan pamornya atau dengan lapisan
besi lainnya
kurang
sempurna.
Tetapi
ini baru diketahui setelah keris jadi, terutama
waktu
nyepuhi tiba tiba keris itu retak. Jadi dari segi
teknik
pembuatan keris ini tergolong mis-product.
Karena
itu pulalah maka keris yang Pamengkang Jagad
umumnya
bukan keris yang mempunyai garap baik.
Kalangan
kraton juga menganggap keris ini tergolong
tidak
baik.
Yang
mengherankan kalangan luar keraton banyak yang menganggap ini keris baik, malah
amat baik,
ini
juga disukai di Malaysia, Serawak, Brunei. Diduga ini dikarenakan keris dengan
teknik lapis itu
dibuat
oleh empu keraton sehingga biasanya selalu baik dan mis-product juga tetap
dianggap baik
mutunya.
Dari
segi esoteri keris Pamengkang Jagad termasuk pemilih, tidak semua orang bisa
cocok, tuahnya
bisa
dirasakan juga oleh orang sekelilingnya, dianggap cocok untuk orang yang
mempunyai
kekuasaan
diwilayah tertentu seperti Bupati, Komandan Kodim dsb.
PEGAT WAJA.
Keris
ini juga keris retak, Cuma retaknya bukan antara besi dengan besi atau besi
dengan pamor
melainkan
antara saton dan lapisan bajanya. Oleh karena itu keris Pegat Waja hanya akan
terjadi
pada
keris-keris yang dilapisi baja saja.
Keratakan
ini terjadinya bukan vertical permukaan bilah, melainkan horizontal. Mirip
dengan
keretakan
pada kayu Plywood yang tertimpa hujan (nglokop), keris ini sebaiknya dibuang
atau
dilarung
saja karena kurang baik.
REJANG LANDEP.
Ini
bukan nama salah satu pamor tetapi alur pamor tidak mengarah kealur ditengah
melainkan ada
bagian
(ujungnya) keluar dari bilah (lihat gambar).
Apapun
pamornya, keris ini
tuahnya
buruk dan biasanya
membawa
suasana sengketa
serta
salah pengertian. Tetapi
ada
juga yang menyimpan
dengan
maksud tuah keris ini
bisa
membantu bila yang punya
melakukan
suatu kesalahan dan
bisa
terhindar dari hukuman.
Keris
yang telah auspun pamornya bisa berubah menjadi Rejang Landep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar