Jumat, 26 April 2013

MENGENAL PAMOR KERIS PART 2

SINARASAH, KINATAH dan ETSA.

Tidak semua lukisan atau gambar yang ada dibilah keris dikategorikan sebagai pamor, yang
digolongkan sebagai pamor adalah gambar atau lukisan yang terjadi karena percampuran antara dua
atau lebih bahan logam pembuat keris. Selain pamor juga sering kita temui yang disebut Kinatah,
Serasah atau Sinarasah dan Etsa atau Kamalan.
KINATAH.
Gambaran atau lukisan pada logam yang disebabkan oleh kinatah
atau ditatah/diukir logamnya dan menghasilkan gambar atau lukisan
yang menonjol, bisa berupa tulisan, rajah, lukisan, motif bunga,
daun, binatang dan lainnya. Diatas tonjolan itu biasanya dilapisi
perak atau emas atau logam lain.
Kinatah pada keris biasanya berupa ukiran Gajah Singa dibagian
ganja keris yang menghadap ke ukiran/deder. Kinatah lain bisa juga
untuk menghias seperti keris dapur Naga Sastra, Naga Keras, Singo
Barong serta hiasan berupa lung-lungan, pari sawuli, kembang
setaman dll.
Kinatah yang menggunakan dua logam (missal emas dan perak)
biasa disebut “Silih Asih”, umpamanya Kembang Setaman pada
bagian daun dilapis emas dan bunganya dilapis perak. Kinatah yang
menghiasi hampir seluruh permukaan bilah keris disebut
“Kamarogan”.
SINARASAH.
Hiasan Sinarasah atau Serasah ialah dengan membuat parit parit dipermukaan bilah berupa tulisan
atau yang lain kemudian dituangkan cairan logam seperti emas atau perak baru dihaluskan. Teknik ini
biasa disebut “Inlay”. Senjata yang terkenal dalam pembuatan inlay ini berupa pedang dari Iran
(Persia).



ETSA atau KAMALAN.
Cara menghias dengan cara kimiawi, Cara tradisional dengan menggunakan bahan pelican sedang
cara modernmenggunakan kimia. Banyak penipuan yang dilakukan dengan menggunakan cara ini.
Pada dasarnya teknik ini dengan meluluhkan sebagian permukaan bilah secara kimiauntuk membuat
lukisan atau tulisan tertentu dipermukaan bilah, yang paling sering diberi lukisan gambar wayang atau
beberapa tulisan arab.
Cara etsa ini bagi yang tahu sangat mudah mengerjakannya sehingga bila tertipu maka ibaratnya
pisau dapur pun bisa dibuat hiasan dan terlihat “bertuah”.
Dari ketiga cara diatas, yang paling baik adalah Cara Kinatah.
PAMOR PADA BAGIAN GANJA
Pamor kadang menghias bagian ganja juga, biasanya mempunyai warna sendiri yang berbeda dengan
nama pamor bilah walau variasinya lebih sedikit. Ada yang mengatakan pamor di ganja ini juga
mempunyai tuah.
PAMOR WINIH.
Mirip pamor Udan Mas tetapi setiap sisinya hanya
ada satu atau dua bulatan, kadang hanya satu
sisi dan satu bulatan saja. Kata Winih berasal
dari “benih”. Seperti namanya , pamor ini
dipercaya mempunyai daya untuk
“menumbuhkan” suatu harapan. Juga dianggap
baik bagi mereka untuk berdagang atau
wiraswasta karena baik untuk pengembangan
modal.
PAMOR SUMBER.
Seperti Pamor Winih, hanya bulatannya paling sedikit ada tiga (gambar diatas), tuahnya sama dengan
pamor Udan Mas.
PAMOR MAS KEMAMBANG.
Mirip kue lapis, ada yang hanya dua lapis tetapi
ada yang berlapis-lapis. Baik untuk yang banyak
berhubungan dengan orang karena memperlancar
pergaulan.
PAMOR TUNDUNG MUNGSUH.
Ganja dengan pamor seperti ini jarang sekali
terdapat dan biasanya hanya pada keris “TOP”
saja, dilihat dari susunan besi dan bahan
pamornya maka pamor ini mirip dengan pamor
Ujung Gunung pada bilah keris dengan posisi
yang melintang. Tuahnya menolak mara bahaya
dan membuat lawan takut.
WULUNG.
Ganja Wulung yaitu ganja tanpa pamor, hitam
kelam saja. Khasiatnya untuk memperkuat dan
memperbesar daya tuah keris. Ganja wulung
dianggap juga sebagai kamuflase terhadap jenis
pamor pada wilahnya.
PERLAMBANG DAN TUAH
Kebudayaan perlambang dimiliki oleh bangsa manapun, misalnya bendera kita merah putih yang
melambangkan berani dan suci, demikian juga bentuk pamor pada tosan aji mempunyai perlambang
tertentu.
Bentuk yang cenderung bulatan atau lingkaran
melambangkan sesuatu yang sifatnya keduniaan,
lambing harapan atas rejaki dari Allah YME,
ketentraman keluarga dan sebagainya.
Bentuk yang mengarah kepersegi empat, siku atau
sudut melambangkan harapan agar pemiliknya bisa
bertahan terhadap segala sesuatu yang sifatnya tidak
baik seperti godaan atau serangan baik phisik atau
non-phisik.
Bentuk seperti garis-garis baik yang membujur atau melintang bilah melambangkan fungsi menolak
sesuatu yang tidak diinginkan, umpamanya menolak maksud jahat, angin ribut, hujan binatang buas
dan sebagainya.
Selain itu ada juga kombinasi ketiganya karena kebanyakan pamor justru mirip lukisan abstrak dan
penuh perlambang.
Untuk mengetahui cocok tidaknya suatu tosan aji dengan melihat perlambang pada pamor, diperlukan
perasaan yan tajam, seperti orang yang menilai suatu lukisan diperlukan juga orang yang tahu seni
lukis dan peka rasa seninya.

PENILAIAN PAMOR.
Dalam menilai pamor ada beberapa macam dan kadang istilahnya khas Jawa seprti :
Wujud Semuning Pamor
1. Pamor Mrambut : kesan rabaannya terasa seperti meraba rambut, munculnya pamor
dipermukaan bilah bagai serat-serat lembut dan halus dan biasanya terjadi di pamor Adeg
terutama yang jenis pamor miring.
2. Pamor Nggajih : kesannya seperti berlemak, bagai lapisan lemak beku menempel dibilah.
3. Pamor Mbugisan : kesan penglihatan gradasi warna pamor tidak kontras. Batas antara tepi
pamor dan bilah tidak terlalu nyata.
4. Pamor Sanak/Nyanak : kesan penglihatan dan rabaan tidak terlalu jelas, jadi gambar
pamor tidak terlalu jelas dan kalau diraba juga tidak jelas.
5. Pamor Kelem : pamor cukup jelas tetapi perbedaan warna dan kecemerlangan pamor
dengan warna besi tak terlalu nyata, rabaannya kurang nyekrak tapi juga bukan lumer.
6. Pamor Ngintip : kesan rabaannya kasar tetapi tidak tajam. Jika dibandingkan dengan
lukisan seperti lukisan dengan menggunakan palet bukan cat.
Tanceping Pamor.
Artinya kurang lebih kondisi tertancapnya bahan pamor pada besi bilah, ada tiga jenis yaitu : Pandes,
Lumer Pandes dan Kumambang.
Pamor Pandes, tertanam kuat pada bilah seolah mengakar dan tegas menyembul kebilah.
Pamor Lumer Pandes, tertancap kuat pada bilah tetapi tidak terlalu tegas menyembul di bilah, bila
diraba terasa halus, tidak nyekrak.
Pamor Kumambang, kesannya mengambang pada bilah dan tidak terlalu kuat menempel pada
bilah.
Ketiganya sebetulnya hanya merupakan kesan pengelihatan dan rabaan setelah keris jadi dan tidak
tersangkut dengan cara serta sistem pembuatannya.
PENAMAAN PAMOR.
Pada umumnya penamaan pamor seperti gambar pamor tersebut, misalnya Pamor Pari Sawuli (Padi
Seuntai) mirip dengan padi yang seuntai, begitu juga Bawang Sebungkul, Ron Pakis dan sebagainya.
Tetapi ada juga penamaannya bukan dengan membandingkan kemiripan dengan benda tertentu
seperti pamor Raja Abala Raja atau Pandita Bala Pandita, apalagi yang termasuk pamor titipan seperti
Makrip, Tamsul, Dikiling yang bentuknya menyerupai lambing namun seolah mempunyai maksud
tertentu.
Ada dua pendapat mengenai penamaan pamor.
Pertama, bila si Empu ingin membuat Ron Genduru tetapi gagal dan jadinya Ganggeng Kanyut maka
namanya harus tetap Ron Genduru tetapi Ron Genduru yang gagal dan bukan Ganggeng Kanyut.
Kedua, dilihat dari bentuk jadinya, sehingga pamor tersebut dinamakan Ganggeng Kanyut.
Mana dari kedua pendapat tadi yang benar terserah pada penilaian kita masing-masing.
PENAMAAN SECARA UMUM.
Banyak tosan aji mempunyai gabungan atau kombinasi dari beberapa pamor, ada pamor dibagian
pangkalnya lain dengan bagian ujungnya dan ada yang sisi bilah satu lain dengan sisi bilah lainnya.
Ada lagi dalam satu pamor terselip pamor lainnya, lalu bagaiman cara penamaannya ?.
Jika pamor itu merupakan kombinasi satu sama lainnya terpisah menjadi dua atau tiga kesatuan
pamor maka umumnya dinamakan sederhana pamor Dwi Warna atau Tri Warna.
Kalau pamor yang satu menyelip kedalam pamor yang lain maka pamor yang satu dianggap pamor
titipan dan nama pamor tetap menggunakan nama pamor yang lebih dominan.

PAMOR YANG MENYATU ANTARA BILAH DAN GANJA.

Ada lagi bentuk pamor yang merupakan kesatuan antara bilah dan ganjanya, jadi pamornya sebagian
ada pada bilah dan sebagian lainnya pada ganja.
PAMOR ASIHAN.
Bentuknya sama dengan Ngulit Semangka hanya pamornya
menyambung antara bilah dan ganjanya, karena tuahnya memperlancar
pergaulan termasuk antar jenis, maka pamor ini disebut Asihan. Secara
lengkap disebut Pamor Ngulit Semangka Asihan. Ada juga Wos Wutah
Asihan tetapi jarang sekali. Kedua pamor Ngulit Semangka dan Wos
Wutah ini tidak pemilih tetapi pada pamor Asihan keris itu menjadi
pemilih dan tidak setiap orang cocok.
PANCURAN MAS.
Pamor ini juga ornamennya dari bilah menyebrang ke Ganja.
Pada bilahnya pamor ini sama betul dengan sada Saeler tetapi
pada bagian ganja berbentuk cabang seperti lidah ular.
Tuahnya dianggap sama dengan Udan Mas dan tergolong tidak
pemilih, cocok untuk semua orang.
ADEG IRAS.
 
Pamor Adeg yang menyebrang langsung ke Ganja, tetap bukan
ditambahi Asihan melainkan dengan tambahan Iras menjadi
Adeg Iras dan tuahnya sama dengan pamor Adeg lainnya.

PAMOR PAMOR YANG HAMPIR SAMA.

Ada beberapa jenis pamor yang bentuknya hampir sama dan sering dikacaukan orang penamaannya.
Yang paling sering dikacaukan adalah pamor Wos Wutah, Pulo Tirto dan Pendaringan Kebak.
Pamor Pulo Tirto memang mirip sekali dengan Wos Wutah, bedanya pada Pulo Tirto motif
gumpalannya terpisah satu sama lainnya dalam jarak cukup jauh sekitar 2 samai 3 cm. Sedangkan
pamor Wos Wutah, gumpalannya cukup rapat, seandainya terpisahpun jaraknya cukup dekat sekitar 1
cm saja.
Pamor Pendaringan Kebak juga mirip Wos Wutah, tetapi Pendaringan Kebak lebih penuh dan rapat
serta nyaris memenuhi seluruh permukaan bilah. Dari bawah sampai ujung bilah dan dari tepi satu
ketepi yang lainnya.
Kemudian pamor Adeg, Mrambut dan Ilining Warih.
Adeg berupa garis-garis yang tidak terputus dari bagian
sor-soran sampai ujung. Sedang Mrambut serupa benar
dengan Adeg, tetapi garisnya terputus-putus. Pamor
Ilining Warih sama dengan pamor Adeg hanya saja
garisnya bercabang dibeberapa tempat. Jadi bedanya
kalau garis itu tidak terputus disebut pamor Adeg, kalau
terputus disebut Mrambut dan kalau bercabang
namanya Ilining Warih.
Dengan demikian bila ada yang mengatakan pamor
Adeg Mrambut sebetulnya tidak tepat, karena pamor
Adeg ada sendiri dan Mrambut ada sendiri.
Jenis lain yang hampir sama adalah Ujung Gunung,
Junjung Drajat, Raja Abala Raja dan Pandito Bolo
Pandito. Secara umum keempat pamor itu berupa
garis yang menyudut. Bedanya kalau Ujung Gunung,
kaki garis sudut itu menerjang bilah. Pada pamor
Raja Abala Raja, mirip Ujung Gunung, tetapi garis
yang membentuk sudut menyebar diberbagai
tempat, dibagian sor-soran, bilah dan ujungnya.
Kalau pamor Junjung Drajat, serupa dengan Rojo
Abolo Rojo, hanya keseluruhan gambar itu berhenti
dibagian tengah bilah dan diatasnya ada pamor lain.
Keempat pamor ini sering sekali dikacaukan orang.
Selain itu, pamor Udan Mas, Segara Wedhi, Sisik Sewu dan Tetesing Warih juga banyak dikacaukan
orang, karena pamor Udan Mas lebih popular maka sering pamor Segara Wedi, Sisik Sewu atau
Tetesing Warih dinamakan juga Udan Mas.
Agar lebih jelas, perincian Pamor Udan Mas seharusnya :
Jumlah lingkaran pusarannya minimal tiga lingkaran, tetapi
umumnya ada lima lingkaran, bahkan yang baik (bila dilihat
kaca pembesar) ada 8 lingkaran dengan diameter sekitar 5
milimeter, penempatan pamornya bisa teratur seperti kartu
domino dan bisa juga tersebar tak beraturan disela sela pamor
Wos Wutah.
Pamor Udan Mas Segara Wedi
Raja Abala Raja
Pandito bolo Pandito
Pamor Segara Wedhi penampang lingkarannya lebih kecil lagi, sekitar tiga millimeter saja letaknya
cenderung mengumpul ditepi bilah dan ditengah bilah umumnya ada pamor Wos Wutah, Pulo Tirto
atau Ngulit Semangka atau pamor lainnya.
Kalau Sisik Sewu sedikit lebih kecil dari Segara
Wedhi, banyak jumlahnya dan rapat satu sama
lainnya diseluruh permukaan bilah. Begitu
rapatnya sehingga sering tumpang tindih satu
sama lainnya.
Pamor Tetesing Warih, mirip Udan Mas, tetapi
jumlah lingkarannya atau pusarnya hanya tiga
atau kurang dan kadang bercampur disela
pamor Wos Wutah atau Pendaringan Kebak.
SALAH KAPRAH DALAM PENAMAAN PAMOR.
Kesalahan dalam penamaan pamor sering dijumpai diantara pecinta keris, celakanya kesalahan ini
sering keterusan dan dianggap sesuatu yang betul sehingga nama asli dari pamor tersebut malah
kurang dikenal.
Yang paling sering dikelirukan adalah
pamor Adeg, dikenal sebagai pamor
Singkir, padahal Singkir seharusnya nama
empu, hanya kebetulan saja empu ini
banyak membuat pamor Adeg.
Salah kaprah seperti ini banyak terjadi di
Jawa Tengah.
Kesalahan yang mirip dengan itu adalah
penamaan pamor dengan sebutan “bulu
ayam”. Pamor seperti Ron Genduru, Ron
Pakis, Mayang Mekar, Sekar Tebu, Pari
Sawuli dan yang mirip itu, semuanya
dianggap sama dan disebut pamor “bulu
ayam”. Salah kaprah seperti ini banyak
terjadi di Jawa Timur.
Salah kaprah lainnya pamor Sedayu, ini salah, karena Sedayu adalah daerah yang banyak membuat
keris pada jaman Majapahit dengan empunya yang terkenal Empu Pangeran Sendang Sedayu.
Buatannya hanya berpamor sedikit saja dan terkadang tanpa pamor, akibatnya semua yang tanpa
pamor atau sedkit sekali pamornya disebut pamor Sedayu.
Keris yang tanpa pamor ini, yang besinya hitam mulus, disebut “tanpa pamor” saja atau “Kelengan”.
BUNGKALAN.
Ini bukan nama pamor tetapi bentuk pamor pada
ujung bilah keris atau tombak, pamor apapun
apabila pada dekat ujung bilah bercabang dua dan
kedua cabang itu menerjang tepi bilah dinamakan
pamor Bungkalan. Sepintas seperti lidah ular.
Ron Pakis Ron Genduru Mayang Mekar

NAMA DAN ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN PAMOR DAN BENTUK KERIS.

PAMENGKANG JAGAD.
Ada celah memanjang ditengah bilah yang disebabkan retak, paling banyak terjadi dikeris dengan
pamor miring. Ini terjadi saat membuat saton sewaktu penempaan suhunya kurang tinggi sehingga
ada bagian tertentu yang penempelan besi dan bahan pamornya atau dengan lapisan besi lainnya
kurang sempurna.
Tetapi ini baru diketahui setelah keris jadi, terutama
waktu nyepuhi tiba tiba keris itu retak. Jadi dari segi
teknik pembuatan keris ini tergolong mis-product.
Karena itu pulalah maka keris yang Pamengkang Jagad
umumnya bukan keris yang mempunyai garap baik.
Kalangan kraton juga menganggap keris ini tergolong
tidak baik.
Yang mengherankan kalangan luar keraton banyak yang menganggap ini keris baik, malah amat baik,
ini juga disukai di Malaysia, Serawak, Brunei. Diduga ini dikarenakan keris dengan teknik lapis itu
dibuat oleh empu keraton sehingga biasanya selalu baik dan mis-product juga tetap dianggap baik
mutunya.
Dari segi esoteri keris Pamengkang Jagad termasuk pemilih, tidak semua orang bisa cocok, tuahnya
bisa dirasakan juga oleh orang sekelilingnya, dianggap cocok untuk orang yang mempunyai
kekuasaan diwilayah tertentu seperti Bupati, Komandan Kodim dsb.

PEGAT WAJA.
Keris ini juga keris retak, Cuma retaknya bukan antara besi dengan besi atau besi dengan pamor
melainkan antara saton dan lapisan bajanya. Oleh karena itu keris Pegat Waja hanya akan terjadi
pada keris-keris yang dilapisi baja saja.
Keratakan ini terjadinya bukan vertical permukaan bilah, melainkan horizontal. Mirip dengan
keretakan pada kayu Plywood yang tertimpa hujan (nglokop), keris ini sebaiknya dibuang atau
dilarung saja karena kurang baik.

REJANG LANDEP.
Ini bukan nama salah satu pamor tetapi alur pamor tidak mengarah kealur ditengah melainkan ada
bagian (ujungnya) keluar dari bilah (lihat gambar).
Apapun pamornya, keris ini
tuahnya buruk dan biasanya
membawa suasana sengketa
serta salah pengertian. Tetapi
ada juga yang menyimpan
dengan maksud tuah keris ini
bisa membantu bila yang punya
melakukan suatu kesalahan dan
bisa terhindar dari hukuman.
Keris yang telah auspun pamornya bisa berubah menjadi Rejang Landep.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar